Sunyi. Kosong.
Padang pasir itu kering tanpa hidupan. Hanya berlembah gunung ganang berbatu di
tengahnya. Kekosongan itu diisi dengan kedatangan dua insan mulia ciptaan Yang
Esa. Ternyata insan2 mulia ini ada kaitannya dengan Kekasih Ya Rabb, utusan terakhir.
Keturunan yang mulia. Hajar Alaihissalam menurut perintah suaminya Ibrahim Alaihissalam tanpa mengetahui masa hadapan. masa hadapan yang mulai kelam bagi insan yang
tidak mesyukuri nikmat-Nya. Ternyata tidak buat Hajar Alaihissalam yang hatinya hanya terpaut pada Allah. Tentunya wanita ini bukan wanita biasa. Ujian Sang
Pencipta terhadap-Nya teladan buat semua. Tentu dia bukan wanita biasa.
Lahirnya seorang nabi, Ismail Alaihissalam dari rahimnya. Tentu bukan wanita
biasa!
Tatkala
Ismail Alaihissalam masih kecil, Hajar Alaihissalam dan anaknya itu ditinggalkan
oleh suaminya, Ibrahim Alaihissalam.
Terlihatkan oleh Hajar Alaihissalam, kontangnya padang pasir itu. Tiada air,
tiada manusia. Persoalan dilontarkan lembut oleh Hajar Alaihissalam.
Tertanya-tanya. Tidak terjawab. Namun,
endahan Ibrahim Alaihissalam terhenti ketika si isteri berkata:
“adakah ini perintah Allah?”
“Benar.” Jawab Ibrahim Alaihissalam
Yakin tanpa sebarang ragu. Insan
tabah ini (Hajar) terus berkata:
“kalau begitu, pasti Tuhan tidak akan mensia-siakan kita. Jika ini perintah Tuhan pasti ada pembelaan daripada Tuhan Yang Maha Baik itu.”
Menangislah si anak dahaga dek
panas mentari. Susu Hajar Alaihissalam mulai kering. Tiada air, tiada manusia
ingin membantu. Dia tahu itu. Tapi hati tetap bersama Allah Yang Satu.
Berlarilah dia dari Safa ke Marwah mencari air. Tanda usaha. Hatinya masih
setia merintih pada Yang Esa. Berkat usaha dan tawakkal yang sangat utuh
kepada-Nya, Jibril dihantar oleh Yang Maha Kuasa. Singkaplah Jibril telaga
zam-zam. Kaki Ismail Alaihissalam dihentak-hentak ke bumi. Terpancarlah air
namanya Zamzam. Padang pasir dihuni batu kini dipenuhi manusia yang datangnya
hanya untuk menyembah Sang Pencipta.
Tanah berdebu, kini Kota Suci, Mekah
namanya. Indah tak terkata. Yang kontang bertukar sumber air yang tidak
henti-henti. Berkat, lazat. Lambang pengakhiran usaha dan keyakikan terhadap caturan takdir Yang Maha Baik.
Now
let imagine as if we are in Hajar Alaihissalam shoes. Imagine that we are
really there. In the middle of nowhere, what will we do? Cry?
But
Hajar Alaihissalam really put her trust in Allah. She said:
“Allah will not lose us!”
That was such a reliant upon
Allah. Can we do exactly like her? Allah honoured her in the Quran till today,
millions of Muslims around the world either men or women carry out the ritual
of walking between safa n Marwa every year! Why? Just because of one woman
(Hajar Alaihissalam). So who you wanna be honoured by? The media? The people?
The country? Or Allah? Try to compare between being honoured by human and being
honoured by Allah. *think* .Hajar Alaihissalam is the one of the best example
men n women. definitely there are nothing to b compared to Allah pleasures. Allahuakbar!
No comments:
Post a Comment